Konspirasi Intelijen Hilangnya MH370


Hilangnya pesawat komersial Malaysia Airlines (MAS) dengan kode penerbangan MH370 tujuan Kuala Lumpur-Beijing pada 8 Maret 2014 lalu memunculkan isu tentang kemungkinan adanya teori konspirasi terhadap pesawat penumpang tersebut.

Konspirasi rahasia tentang hilangnya pesawat yang membawa sebagian besar warga negara Tiongkok itu tidak lepas dari terlibatnya intelijen Amerika dan Israel dalam membajak pesawat MAS yang membawa kargo berisi pesawat Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau lebih dikenal pesawat Drone dari Afghanistan ke Tiongkok.

Apa kepentingan intelijen Amerika terhadap isi kargo tersebut?

Begini ceritanya, pada bulan Februari 2014 pasukan Amerika menarik diri dari Afghanistan, salah satu dari peralatan komunikasi untuk komando dan pengendalian yang biasa digunakan untuk mengendalikan pesawat UAV dibajak oleh gerilyawan Taliban. Pembajakan ini dilakukan saat gerilyawan Taliban mencegat dan menyerang iring-iringan kendaraan militer pasukan Amerika yang hendak bergerak pulang ke negaranya, menuju bandara di suatu daerah perbukitan di Afghanistan.

Dalam serangan tersebut, 2 orang pasukan tentara Amerika tewas dan para penyerang berhasil merampas peralatan militer yang sangat penting dan rahasia, yaitu command and control system pesawat UAV yang memiliki bobot 20 ton dan dikemas dalam 6 (enam) peti kayu.

Atas hasil rampasan peralatan militer milik Amerika tersebut, Taliban pun bermaksud menjual dan menawarkan barang tersebut pada pemerintah Tiongkok dan Rusia. Dari penawaran tersebut, akhirnya rampasan peralatan militer itu dibeli oleh pemerintah Tiongkok dengan jutaan dolar. Sebelum membayar mahal, Tiongkok mengirimkan 8 orang utusan yang notabene adalah agen intelijennya ke markas Taliban di Afghanistan untuk melakukan analisa dan cek fisik atas barang dagangan yang ditawarkan.

Setelah dilakukan pembayaran, senjata rahasia militer Amerika yang dikemas dalam enam peti kayu yang berisi peralatan komando itu pun dikirim secara rahasia. Jalur pengiriman barang rampasan tersebut tidak langsung dikirimkan dari Afganistan ke Beijing. Padahal secara geografis jalur Afganistan menuju Beijing merupakan rute paling dekat untuk pengiriman. Untuk menghindari kecurigaan Amerika, pengiriman kargo pun dilakukan via Malaysia melalui kedutaan besar (kedubes) Tiongkok di Kuala Lumpur, Malaysia. Dari kedubes Tiongkok di Malaysia selanjutnya dilakukan pengiriman kargo ke Beijing melalui Kuala Lumpur International Airport, Malaysia, sebagai kargo samaran.

Disisi lain, atas hilangnya senjata rahasia atau peralatan militer Amerika tersebut, pihak pemerintah Amerika melalui badan intelijennya CIA dan NSA tidak tinggal diam. Mengetahui ada senjata rahasia berbahaya yang hilang, Amerika pun segera menghubungi Intelijen Israel yaitu Mossad dan mereka pun berhasil mengendus keberadaan kargo ‘rahasia’ berada di Malaysia. Dan mereka memutuskan untuk membuntuti lalu merampas balik di saat yang tepat. Bila perlu dengan teknik sabotase ataupun pencegatan konvoi ala gerilyawan Taliban.

Di sisi lain, Pemerintah Tiongkok memutuskan hanya menyimpan kargo tak wajar itu selama satu hari. Diputuskan bahwa kargo ini akan dititipkan pada pesawat terbang sipil yang tak mencurigakan, untuk menghindari agen intelijen Amerika yang mereka sadari tak akan tinggal diam. Dipilihlah, jadwal penerbangan Malaysia Airlines (MAS) MH-370, yang terbang tengah malam dari Kuala Lumpur, dengan ETA (estimated time arrival) di Beijing sekitar 4,5 jam kemudian.

Dalam daftar manifes penumpang MH370, diisukan terdapat 5 warga negara Amerika (agen CIA dan agen Mossad) yang terlatih untuk mengendalikan pesawat Boeing 777-300ER.

Pada saat kontak terakhir co-pilot Fariq dengan tower KLIA menjelang perbatasan Vietnam pukul 01.30 waktu Malaysia, saat itulah para agen rahasia AS tersebut melakukan jamming signal terhadap sistem pengendalian dan komunikasi pesawat, serta mengambil alih kemudi pesawat dengan remote control dan membelokkan arah penerbangan ke arah barat. Pesawat Boeing 777-300 ER Malaysia Airlines MH 370 beserta seluruh awak, penumpang, dan terutama kargonya diterbangkan ke pangkalan militer Amerika dan Inggris di Pulau Diego Garcia yang terletak di tengah Samudera Hindia. Di pulau inilah kargo ‘rahasia’ itu pun dipindahkan, dan diduga pula bahwa Black Box MH370 pun ikut ‘diturunkan’ agar pesawat tak terlacak jika jatuh.

Setelah menurunkan kargo dan black box serta para agen intelijen CIA dan Mossad, pesawat berkode penerbangan MH370 itu selanjutnya diterbangkan kembali dengan perangkat remote control yang dimiliki US Air Base Diego Garcia. Karena misi ini bersifat rahasia, maka tidak boleh ada satupun saksi hidup, para awak dan penumpang pesawat yang telah lepas landas dari pangkalan militer Diego Garcia dibawa terbang pada ketinggian tertentu yang menyebabkan berkurangnya oksigen dan kehilangan kesadaran. Selanjutnya, dengan ketinggian lebih dari 40 ribu kaki dan kecepatan tinggi, MH370 pun dijatuhkan ke tengah lautan Samudera Hindia dan hancur berkeping-keping.

Muncul isu konspirasi intelijen ini tidaklah membuat pemerintah Malaysia mempercayainya. Kita juga tidak boleh begitu saja mempercayai sebuah teori konspirasi. Setidaknya, cerita konspirasi di atas adalah menggambarkan bahwa pesawat Drone atau UAV adalah salah satu kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh militer Amerika dan banyak diincar oleh negara lain, terutama negara musuh Amerika.

Entahlah, namun jika melihat pemberitaan di media, berdalih bahwa penumpang MH370 sebagian besarnya adalah warga negara Tiongkok, militer Tiongkok pun sangat gigih untuk mencari keberadaan pesawat milik Malaysia Airlines dengan mengerahkan pesawat militer dan kapal perang canggihnya melalui udara dan laut. Apakah kegigihan militer Tiongkok itu dalam rangka untuk mendapatkan kembali kargo ‘samaran’nya yang telah dibeli dengan harga sangat mahal?

Sumber : suarapembaruan.com/home/mh370-pesawat-drone-dan-pangkalan-militer-rahasia-as/52538

Baca Juga :

 

Pos ini dipublikasikan di PENERBANGAN dan tag , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar